Twitter Stream
Surabaya – Mantan calon gubernur (cagub) Jatim Ir Sutjipto terserang wajah tidak simetris (beltrisl’s palsy). Pak Tjip –panggilan tokoh PDI Perjuangan itu– pun tak bisa menghadiri pelantikan Gubernur Soekarwo. Apa penyakit wajah wajah tidak simetris ?
Selain Bell’s palsy, wajah tidak simetris lainnya adalah hemifacial spasm. ”Bell’s palsy dan hemifacial spasm sama-sama dipicu masalah syaraf nomor 7. Jika bell’s palsy terjadi karena syaraf nomor 7 lumpuh. Hemi facial spasm terjadi karena syaraf nomor 7 terjepit pembuluh darah,” terang dr M Sofyanto SpBS, Senin (16/2).
Data Rekam Medik RSU dr Soetomo menyebutkan, selama 2007 terdapat 16 pasien bell’s palsy dan 10 pasien hemi facial spasm. Sedangkan pada 2008 hingga November, tercacat 19 pasien bell’s palsy dan 11 pasien hemifacial spasm. Di RS Spesialis Husada Utama, penderita hemi facial spasm pada 2008 lebih banyak, yakni 156 pasien. Angka itu naik hampir empat kali lipat dari tahun 2007 yang 35 pasien.
Menurut Sofyanto yang dokter spesialis bedah syarat itu, syaraf nomor 7 mengendalikan kantung air mata sehingga mata bisa membuka dan menutup, gerak pipi, bibir atas, bibir bawah, dan sebagian leher. Kelumpuhan syaraf nomor 7 atau bell’s palsy biasanya menyerang manusia di usia 40-50 tahun yang disebabkan infeksi virus, alergi, daya tahan tubuh menurun, dan trauma.
”Yang paling banyak adalah pembengkakan syaraf nomor 7 yang dipicu virus. Daya tahan tubuh penderita menurun sehingga virus dapat berkembang,” terang dr Sofyan –panggilannya.
Dokter yang mendalami ilmu bedah syaraf hingga ke Jepang ini menjelaskan, hingga saat ini tak obat yang menyembuhkan bell’s palsy. Sebab, syaraf akan kembali secara spontan. Namun, berapa lama syaraf kembali spontan belum diketahui secara pasti.
Sambil menunggu syaraf kembali spotan, kata dr Sofyan, bisa diberikan obat anti inflamasi (anti pembengkakan) dan vitamin-vitaman untuk stamina tubuh. Selain itu, pasien bell’s palsy juga harus menjalani fisioterapi, penghangatan di sekitar wajah serta latihan intensif di otot-otot wajah.
”Dengan teknik pengobatan itu diharapkan otot terus menerima rangsangan. Kalau dibiarkan lumpuh minimal 2 minggu, dikhawatirkan akan terjadi disuse atrophy atau otot-otot mengecil dan melemah karena tak terpakai,” paparnya.
Apa saja gejala bell’s palsy? Menurut dr Sofyan, tidak ada gejala sistemik. Paling banyak penderita langsung mendapatkan wajahnya penceng saat bangun tidur. Dengan wajah terasa tebal, kemampuan sensorik (merasakan) kulit melemah, daerah pipi dan bibir melorot serta mata yang tidak bisa dipejamkan. ”Pencegahan adalah menjaga daya tubuh dan tidak terpapar angin dingin secara terus menerus dalam waktu yang lama,” sebutnya.
Sedangkan untuk hemifacial spasm, kata dr Sofyan, syaraf nomor 7 terjepit pembuluh darah dalam otak hingga terjadi penekanan di syaraf pengatur wajah tersebut. Terjadilah kontraksi tak terkendali dan wajah kedutan terus-menerus hingga menceng.
Berbeda dengan bell’s palsy, pasien hemifacial spasm akan mengalami mata tertutup dan sulit dibuka serta pipi dan bibir tertarik ke atas, bukan menggelantung ke bawah. ”Berbeda dengan bell’s palsy, hemi facial spasm ini terjadi karena spontan dan tidak dapat dicegah,” ungkapnya.
Operasi Micro
Kesamaannya, sambung dia, adalah terjadi pada usia 40 tahunan. Baik pria maupun wanita memiliki prevelansi yang sama untuk terjadinya syaraf nomor 7 terjepit. Untuk pengobatan, hemifacial spasm hanya bisa dilakukan melalui operasi micro surgery atau operasi mikro. Dengan membebaskan syaraf nomor 7 yang terjepit dan memasang bantalan yang terbuat dari serabut teflon.
”Keberhasilan micro surgery ini mencapai 95 persen dan tidak akan menyebabkan kelumpuhan. Sebab, tidak ada kerusakan pada jaringan otak yang sehat,” tegasnya.
Dia menambahkan, micro surgery sudah mengalami penyempurnaan. Tahun 2007, dr Sofyan harus membuka key hole (lubang utama) sebesar 1,5 cm dan membuka durameter atau selaput otak sebesar 1 cm. Namun, sejak 2008 diameter lubang yang dibutuhkan lebih kecil, yatu 1 cm untuk key hole dan 6 hingga 8 milimeter untuk membua selaput otak.k1 (Surabaya Post, 16 Februari 2009)